Tuesday 21 October 2014

Hari Kenaikan Kelas

Sekitar pertengahan tahun 2014, tanpa sengaja saya bertemu dengan sekumpulan komika yang duduk merapat di sebuah kafe biasa tempat standupindojgj menggelar openmic. Beberapa diantara mereka adalah komika baru yang notabene (setau saya) baru beberapa kali melakukan openmic di Jogja, beberapa yang lain memang wajah lama yang tidak asing dan langsung saja mereka menyapa saya dengan pernyataan mereka berkumpul dalam rangka rapat menggelar show Stand Up Comedy berjudul "Naik Kelas". Saya jadi teringat antusias saya ketika pertama kali mewacanakan INSECURE dan mengumpulkan line up yang memang memiliki visi yang sama saat itu, saya melihat itu pada mereka yang entah kenapa saya jadi sangat ingin mendukung dan siap melakukan apapun untuk show mereka. Karena saya berpikir bahwa apa yang saya lakukan tahun lalu hanyalah dengan modal keberanian dan visi bahwa saya ingin membuat "panggung: untuk menyatukan keresahan bersama 4 teman lainnya, dan kembali lagi saya katakan bahwa komika adalah seniman dan seniman adalah seorang pekerja seni yang idealnya adalah menghasilkan karya seni, seperti halnya musisi yang seharusnya memiliki album. Begitu juga dengan komika :)

Adalah Aan Kurniawan, Noksizya Avega, Risky Wijaya, Firman Nur Iman, Syahid Han Laksmana, dan Tantoko Dwi Atmojo yang akhirnya sepakat menggelar show Naik Kelas pada 18 Oktober 2014 bertempat di Convention Hall UIN. Saya kurang mendapatkan informasi tentang berapa jumlah tiket yang terjual, karena seperti yang saya sampaikan kepada beberapa diantara mereka sebelum show dimulai berapapun nanti yang akan datang dan membeli tiket kalian tampilkanlah penampilan yang maksimal karena mereka lah orang yang rela membeli tiket kalian dan terlebih mereka lah yang memberi apresiasi terhadap karya kalian berapapun itu.

Saya datang terlambat karena ada acara yang tidak mungkin saya lewatkan, setelah kiranya semua sudah selesai saya langsung menuju Convention Hall UIN menerobos Seturan yang macet saat malam minggu. Saya datang dan langsung menuju pintu masuk, saya tidak mau mengganggu lineup dengan menerobos ke backstage karena saya tahu rasanya grogi sebelum tampil show pertama (mungkin semua begitu, hehe). Komika yang saya lihat pertama saat datang adalah Risky Wijaya atau yang biasa di twitter dengan nama @sitampanbgt, melihat Risky berdiri di panggung sangat berbeda dengan yang saya lihat beberapa bulan sebelumnya saat menjadi komika pembuka ILLUCINATI. Delivery yang lebih santai, tanpa ada bit yang terkesan "diburu untuk diselesaikan", dan dengan gaya penyampaian Risky yang memang malam itu jauh lebih matang. Menceritakan pengalaman dia sebagai seorang mantan pengikut Front Pembela sebuah agama dengan banyak celetukan yang akhirnya membuat penonton seperti mendengarkan sebuah dongeng konyol, bridging dari bit ke bit juga terasa lebih smooth. Saya mendengar banyak kesan bagus dari penonton terhadap dia, beberapa menilai Risky mencuri malam itu.

Selanjutnya, Firman Nur Iman yang masuk panggung dengan sebuah video dan voice note dari ayahnya yang kemudian dijadikan sebuah bit cukup kocak. Penyusunan set list yang terlalu banyak lompat lalu kembali lagi serta beberapa punchline yang sudah ditebak penonton dengan teriakan mengganggu penampilan Firman malam itu, Firman menceritakan keresahannya menjadi seorang berotot yang sering identik dengan gay, dan beberapa materi lain seperti orang indonesia yang hanya bisa ngomong tanpa melakukan sesuatu. Yang perlu mendapat pujian menurut saya adalah Firman masih mampu stay on the bit.

Dilanjutkan oleh Syangit yang membuat semua penonton cewek ABG jejeritan ketika dia memasuki panggung, diikuti dengan gaya kocaknya menipu follow lamp yang sayang sekali akhirnya membuat Syangit harus kelelahan dan penyampaian bitnya harus terganggu oleh nafas yang terengah-engah. Saya pernah melihat ada seorang komika yang melakukan hal sama dengan memasuki panggung sambil breakdance dan akhirnya mengganggu penampilannya saat menyampaikan bit, padahal salah satu yang terpenting dari seorang komika adalah bagaimana cara dia menyampaikan bitnya. Syangit mendapatkan pelajaran berharga malam itu :)

Tantoko atau Koko adalah satu dari sekian banyak komika jogja yang masih muda tapi memiliki jam terbang yang cukup banyak. Dan malam itu dia membuktikannya, set list rapi, pembagian dialog yang nyaman untuk didengarkan, bridging dari satu bit ke bit yang smooth, berbicara mengenai beberapa pengalamannya selama menjadi anak SMA, awal kuliah, sampai pembahasan ke kehidupan seksual. Saya menikmati penampilannya, dan seperti yang saya tebak yang menjadi closing bit adalah bit bunuh diri.

Saya kurang begitu paham dengan closing Naik Kelas ini dimana semua panitia maju ke atas panggung dan memutar video Sistar diikuti dengan joget yang kurang jelas. Menurut saya sih jadi mengurangi klimaks acara ini, tapi apapun itu karya tetaplah karya, sebuah usaha yang patut mendapatkan apresiasi. Meskipun ada beberapa yang saya lihat masih harus memiliki jam terbang lebih panjang, ingatlah selalu kata Steve Jobb "Stay hungry stay foolish" dan jangan pernah puas pada apapun pencapaian itu. Seni adalah ilmu yang tanpa batas, jadi mari belajar bersama lagi mari mencoba sesuatu baru lagi dan jangan takut pada kelemahan karena dari kelemahan itulah kita justru akan bisa berkembang. shedhap


FIGHTING!!!!

1 comment:

  1. �������� curhatannya bagus mas yus ��

    ReplyDelete