Saturday 28 June 2014

Minggu Pagi, 29 Juni



Entah kenapa belum bisa pergi dari show ini, hari ini tepat setahun yang lalu di gedung Fakultas Ilmu Bahasa UGM saya bersama 4 rekan komika lain menyelesaikan sebuah karya selayaknya seorang musisi yang sudah merampungkan album dan didengarkan. Saya, atas nama pribadi hanya bisa mengucapkan terima kasih yang paling dalam atas apresiasi besar dan tawa yang akan selamanya saya kenang.



"Dalam show, memang kalian lah yang tertawa... Tapi percayalah, saya orang yang bahagia diatas panggung itu" (Awwe, dalam sebuah postingan instagram)

Berangkat dari keinginan untuk membuat 'sesuatu' yang bisa disampaikan dan (semoga) bisa dikenang, saya yang saat itu sedang menjaga Abah di rumah sakit menghubungi beberapa teman komika untuk menyatukan visi dalam membuat sebuah karya. Anggaplah masing-masing memiliki visi berbeda, tapi kami hanya beranggapan kami hanya seorang komika yang selayaknya membuat karya seperti musisi membuat sebuah album atau pelukis membuat sebuah pameran lukisan karyanya agar bisa mendapatkan apresiasi. 

Sederhananya seperti itu, tidak lebih.

Saya mungkin tidak sehebat 4 rekan lain di INSECURE, saya tidak secanggih Denny dalam mengolah sebuah kejadian menjadi satu rangkaian jokes dengan belokan logika yang unik, saya juga mungkin tidak sepandai Beni dalam membolak-balik kata sampai kita sadar kita sudah dibodohi oleh dia, saya juga tidak se-update Nuel dalam menanggapi isu, atau bahkan saya tidak mempunyai logika dan gerakan aneh seperti Hifdzi. Saya hanya punya visi sederhana, modal nekat, dan keinginan. itu saja

Terima kasih saya ucapkan kepada siapapun yang memberi apresiasi terhadap karya kami ini, kami akan selalu mengenangnya. Dan segenap panitia yang sudah membantu jalannya acara ini, serta mereka yang selalu percaya bahwa INSECURE 2 akan ada, terima kasih :)





Selanjutnya, akan ada show bernama "Naik Kelas"
Siapa mereka? Tunggu saja

Monday 23 June 2014

Jikalau

Saya sedang membayangkan bagaimana kalau misalnya mesin waktu itu benar adanya, bukan sesuatu yang disimpan oleh Doraemon dalam lacinya, atau bukan cuma cerita dongeng penyesalan orang yg lebih tua dari kita. Bagaimana kalau misalnya mesin waktu memang benar adanya, saya rasa banyak orang yang akan bekerja keras, sangat keras, untuk membeli atau mungkin menyewanya.

Beberapa hari yang lalu saya menonton film X-Men : Days of Future Past, bagaimana satu peristiwa dapat merubah puluhan tahun ke depan, bagaimana dalam 1 peristiwa bisa merubah jalan hidup masa depan. Andai memang mesin waktu itu benar adanya, dan andai kamu diberi kesempatan dalam hidupmu apa 1 peristiwa yang sangat ingin kamu rubah?

Andai kesempatan itu memang ada, saya ingin menemui diri saya sendiri ketika masih berusia sekitar 8-9 tahun. Saya akan pergi ke sekolah SD saya, yg kotor karena kalau tanahnya kena hujan akan menjadi genangan lumpur, menengoknya dari jendela kelas, saya pastikan menangis haru melihat senyum kita sendiri yang masih kecil lugu. Ketika jam istirahat saya akan menemuinya karena dia pasti sedang menggambar di buku tulis yang padahal oleh ibuk selalu dilarang, saya akan berkenalan dengannya dan dia pasti sudah paham serta percaya saya adalah dia yang datang dari masa depan. Karena dari kecil saya sudah percaya bahwa disana ada sebuah masa depan akibat dongeng indah Akira Toriyama dalam Dragon Ball Z, dia pasti paham hal ini.

"Hey anak kecil, banyaklah bermain dg teman-temanmu di luar sana, jangan terus diam menyendiri di kelas dan menggambar. Bermainlah seperti temanmu, bermain sesukamu tanpa pernah takut menang atau kalah. Jangan suka menunda waktu untuk mengerjakan PR, karena itu tugas dan kewajibanmu, jangan suka malas boy!! :)"

Saya akan mengelus kepala yang masih polos dan rambut belah tengah. Menatap matanya dg bulu mata melengkung dan tahi lalat di dahi-nya yang khas, yang pasti saya akan melakukan toss dengannya. High five, kiddo!! 
Ya, andai saja mesin itu benar adanya. Mungkin tidak akan pernah ada motivator yang bilang, "penyesalan selalu datang terakhir"

Sayangnya, sampai sekarang apa yang diceritakan Akira Toriyama adalah sebuah dongeng. Dan saya tidak akan menggugatnya, apa yang menjadi cerita hari nanti biarlah menjadi nanti, syukuri saja dengan apa yang telah kita lakukan hari ini.

Tertulis ataupun belum, masa depan adalah sebuah rahasia yang saya nantikan kejutannya. My Fate, I Decide!!

Friday 20 June 2014

Basa-basi Prakata

Selamat datang di blog saya yang entah ke berapa, ya selamat datang...
Jangan berharap apa-apa terhadap blog ini, omong kosong, tapi saya hanya ingin bersuara apa yang belum bisa saya sampaikan dalam media apapun. Baiklah, mungkin ini basa-basi yang terlalu basi lebih baik saya mengenalkan diri saya :)

Nama saya Yusril Fahriza, nama asli saya sebenarnya adalah Yusril Ihza Fahriza dan alasan kenapa saya tidak menggunakan nama tengah saya adalah karena terkesan seperti salah seorang politisi dan pakar hukum di Indonesia lagipula saya tidak memiliki hubungan darah dengannya. Bagi perempuan yang berpikir bahwa nama belakang saya keren, kalian boleh mengambilnya dengan syarat barter dengan hati kalian... Done deal??
Saya lahir di Lamongan, kota kecil di pinggiran provinsi Jawa Timur yang mungkin kalian sudah familiar melihat nama kota ini di pinggir jalan dengan tenda dan beberapa hiasan gambar lele, ayam, bebek, dll. Kota kecil yang sempat menggemparkan dunia melalui seseorang bernama Amrozi (I really appreciate it, thanks buddy.. that's the way of Lamonganese), rasanya kurang bijak mengenalkan kota ini dengan dua hal yang pertama pembunuh hewan yang kedua teroris jadi marilah kita skip. Sejak usia 12 tahun saya sudah menjadi seorang perantau di Yogya, menimba ilmu di sebuah sekolah berasrama yang semua penghuninya adalah laki-laki semua di daerah patangpuluhan namanya Muallimin, sampai tulisan ini ditulis berarti saya sudah di Yogya sekitar kurang lebih 13 tahun. Lumayan lama lah itu, dengan jumlah tahun segitu Sir Alex Ferguson udah bisa ngukir sejarah di Manchester United.

Saya, bisa dibilang sedang mengisi waktu luang sebagai seorang Stand Up Comedian, entah disebut karir atau apa toh ini bukan mimpi saya. Cita-cita saya waktu kecil ingin seperti Songohan, keren, kuat, dan akhirnya menjadi seorang ilmuwan, ya itulah cita-cita saya dan kalau ada yang bertanya kenapa lalu menjadi seorang Stand Up Comedian? di sini menyenangkan dan lumayan menghasilkan. Saya cukup bersyukur atas itu, karena menceritakan sebuah kejadian menyedihkan menjadi sesuatu yang lucu bukan hal yang baru bagi saya, dari kecil pun saya seperti itu walaupun bukan besar di keluarga seniman tapi dari kecil memang saya sangat menggemari acara Srimulat, Ketoprak Humor, Ngelaba, dll.

Hiyap seperti itulah basa-basi saya yang mungkin terlalu panjang, orang Indonesia memang sangat menyukai basa-basi.. padahal semua tahu itu cuma basa-basi, tapi disukai. Hehehe
Oke saya harap anda semua akan menikmati tulisan saya nanti karena saya pun akan menikmatinya pasti. :)


Bunch of thanks, Yusril Fahriza.